Silahkan

Home » » Proses Pembuatan Briket dari Campuran Serbuk Gergaji Kayu Jati, Daun Bambu dan Bonggol Jagung.

Proses Pembuatan Briket dari Campuran Serbuk Gergaji Kayu Jati, Daun Bambu dan Bonggol Jagung.

Written By Titinkita.blogspot.com on Sabtu, 09 Maret 2013 | 01.47



Proses pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan penggerusan, pencampuran bahan baku, pencetakan dan pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu. Tujuan dari pembriketan adalah untuk meningkatkan kualitas sebagai bahan bakar, mempermudah penanganan dan transportasi serta mengurangi kehilangan bahan dalam bentuk debu pada proses pengangkutan (Brades & Tobing, 2008: 12). Beberapa langkah dalam pembuatan briket sebagai berikut :
1.    Karbonisasi
Proses karbonisasi merupakan suatu proses pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan organik dengan jumlah oksigen yang sangat terbatas, yang menghasilkan arang serta menyebabkan penguraian senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk uap air, metanol, uap-uap asam asetat, dan hidrokarbon (Brades & Tobing, 2008: 8). Karbonisasi atau pengarangan bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur yang terdapat dalam briket yang apabila dibakar akan membentuk asap dan mengganggu lingkungan. Dalam pengarangan, energi pada bahan akan dibebaskan secara perlahan. Bahan tersebut masih terdapat sisa energi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan (Kurniawan & Marsono, 2008: 23).
Pada proses pengarangan, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang komplek terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang. Kandungan zat yang mudah menguap akan hilang sehingga akan terbentuk struktur pori awal dan diperoleh kadar karbon yang tinggi. Kadar karbon ditingkatkan dengan memecah ikatan-ikatan kimianya sehingga dapat meningkatkan nilai energi dan memperbaiki sifat pembakarannya. Arang memberikan kalor pembakaran yang lebih tinggi, dan asap yang lebih sedikit (Brades & Tobing, 2008: 8)
Salah satu metode pengarangan dengan menggunakan metode drum kiln. Metode ini menggunakan drum dari logam yang tahan panas (biasanya menggunakan drum oli) untuk mengkarbonisasi arang. Metode inilah yang banyak digunakan saat ini untuk proses karbonisasi, karena biayanya yang relatif murah dan tidak terikat dengan lokasi (dapat dipindah-pindahkan) (Wijaya, 2007: 5).
2.    Penghalusan Arang
Dalam pembuatan briket, serbuk arang harus diperhatikan kehalusannya. Arang harus cukup halus untuk dapat membentuk briket yang baik. Biasanya ukuran serbuk antara 40-80 mesh. Ukuran partikel yang terlalu besar akan sukar pada waktu perekatan, sehingga mengurangi keteguhan briket yang dihasilkan. Sebaliknya ukuran yang terlalu halus akan menurunkan kekuatan briket karena bahan pengikat yang ditambahkan tidak mampu mengikat partikel dengan luas permukaaan yang semakin kecil (Widyawati, 2006: 7).
3.    Pembuatan dan Pencampuran Perekat
            Perekat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran briket dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Perekat umumnya digunakan adalah perekat/lem aci yang terbuat dari tepung tapioka (Brades & Tobing, 2008: 10). Percampuran bahan perekat dimaksudkan agar superkarbon tidak mudah pecah ketika dibakar. Perbandingan antara lem dan bubuk karbon harus tepat supaya briket yang dicetak hasilnya baik (Kurniawan & Marsono, 2008: 48)
4.    Pencetakan dan Pengepresan Briket
Proses ini dimaksudkan agar adonan menjadi briket dengan daya guna dan hasil guna yang baik. Semakin tinggi tekanan yang diberikan akan semakin baik kerapatan dan keteguhan briket arang yang dihasilkan. Tetapi tekanan yang terlalu tinggi akan menyulitkan dalam proses penyalaannya. Matres adalah alat untuk mencetak bentuk briket. Alat ini bekerja dengan bantuan alat press hidrolik. Briket yang telah dicetak kemudian dipress/ditekan dengan menggunakan alat press hidrolik yang berfungsi untuk mentranmisikan gaya/tenaga (Supriyatno, 2010). Secara umum teknologi pembriketan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) pembriketan tekanan tinggi, 2) pembriketan tekanan medium dengan pemanas, dan 3) pembriketan tekanan rendah dengan bahan pengikat (Rohmawati, 2010: 1).
5.    Pengeringan
Umumnya kadar air superkarbon hasil cetakan masih sangat tinggi sehingga superkarbon bersifat basah dan lunak. Oleh karena itu perlu dikeringkan. Suhu pengeringan yang umum untuk membuat arang briket adalah sebesar 60oC hingga kadar air briket sekitar 4,34 %. Pengeringan akan dilakukan dengan pengovenan yang umumnya membutuhkan waktu antara 4-6 jam agar semua menjadi kering dan keras (Kastaman, 2003: 5)
6.    Pelapisan Bahan Penyala
Bahan penyala digunakan agar briket bisa menyala dalam waktu yang cukup lama. Pelapisan bahan penyala dilakukan setelah briket benar-benar kering yang terlihat dari warna arang yang keabu-abuan. Briket yang akan dilapisi tersebut dicelupkan hingga larutan bahan penyala meresap jauh ke dalam arang karbon. Metode pencelupan dilakukan dengan cara briket arang kering dimasukkan ke dalam keranjang kawat. Selanjutnya, briket dicelupkan ke dalam cairan bahan penyala yang sedang mendidih selama beberapa detik sampai seluruh permukaannya terendam lalu keranjang kawat diangkat dan ditiriskan. Setelah itu, briket dijemur atau dikeringkan sekitar 2 jam sampai semua bahan penyala meresap dan tidak terlihat basah pada permukaannya (Kurniawan & Marsono, 2008: 49).
Share this article :
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar

Adsense Indonesia
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PIKIRAN BEBAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger