Teori Konstruktivisme didefinisikan
sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang
baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan
dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep
umum seperti:
1.
Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan
pengalaman yang sudah ada.
2.
Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina
sendiri pengetahuan mereka.
3.
Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh
pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu
dengan pembelajaran terbaru.
4.
Unsur terpenting dalam teori ini ialah
seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi
baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5.
Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi
pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari
gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6.
Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai
perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
Teori
konstruktivisme didasari oleh ide-ide Piaget, Bruner, Vygotsky dan lain-lain.
Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan
yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang
bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan
tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna, pengetahuan tersebut hanya untuk
diingat sementara setelah itu dilupakan.
Yang terpenting
dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah
yang harus mendapatkan penekanan. Siswa tidak lagi diposisikan bagaikan bejana
kosong yang siap diisi. Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali
informasi oleh gurunya. Atau siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima
pengatahuan dari gurunya. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan
mereka, bukannya guru atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu
dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa (Suparno, 1997 : 81).
Siswa
kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat
informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu sumber belajar atau
sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya,
perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet. Seorang guru
tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun
mempresesentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri
dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini berarti siswa mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan
lingkungan mereka.
Implementasi
teori konsruktivisme dalam pembelajaran,
secara umum menurut Horsley (Yamin, 2008:93) meliputi empat tahap : (1) tahap
apersepsi, ini berguna untuk mengungkapkan konsepsi awal siswa dan membangkitkan
motivasi belajar, (2) tahap eksplorasi, (3) tahap diskusi dan penjelasan
konsep, dan (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
Pelaksanaan pembelajaran berorientasi
konstruktivistik menuntut guru berperan sebagai fasilitator belajar. Tugas dari
fasilitator belajar adalah menyediakan sarana dan prasarana yang merangsang
siswa mengkomunikasikan ide-ide ilmiah mereka, menyediakan pengalaman dan
kesempatan yang mendukung siswa belajar aktif serta memonitor dan mengevaluasi
hipotesis dan kesimpulan yang mereka peroleh. Peranan guru sebagai fasilitator
belajar diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.