1. Kadar
Air
Kandungan air yang tinggi menyulitkan penyalaan sehingga
briket sulit terbakar. Biobriket memiliki kadar air maksimal menurut Standar
Industri Nasional untuk ekspor tidak boleh lebih dari 5%. (Kurniawan dan
Marsono, 2008: 42)
2. Kadar
Abu
Semakin tinggi kadar abu, secara umum akam mempengaruhi
tingkat pengotoran, keausan, dan korosi peralatan yang dilalui. Briket dengan kandungan abu yang tinggi
sangat tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak. (Widyawati, 2006; Brades dan Febrina, 2008)
3.
Kadar Kalori
Nilai kalori briket sangat berpengaruh pada efisiensi
pembakaran briket. Makin tinggi nilai kalori briket makin bagus kualitas briket
tersebut karena efisiensi pembakarannya tinggi. Syarat suatu limbah memiliki
nilai bakar standar yakni diatas 5000/kal/gram sebagai pengganti minyak tanah.
(Widyawati, 2006: 9)
Tabel 2.4 Mutu
Briket Berdasarkan SNI
Parameter
|
Standar Mutu Briket Arang Kayu (SNI No. 1/6235/2000)
|
Kadar Air (%)
|
≤ 8
|
Kadar Abu (%)
|
≤ 8
|
Kadar Karbon
(%)
|
≥ 77
|
Nilai Kalor
(kal/g)
|
≥ 5000
|
Sumber: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) dalam Santosa.
4. Kadar
Emisi
Emisi yang dihasilkan dari pembakaran biomassa adalah CO2,
CO, NOx, SOx dan partikulat. Kwong dkk (2004) meneliti campuran serbuk batubara
dan sekam padi untuk berbagai komposisi dan udara lebih (excess air). Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi penurunan emisi CO
lebih dari 40% untuk campuran sekam padi 50%. Hal ini berarti sekam padi dapat
menyempurnakan proses pembakaran. Konsentrasi CO juga menurun dengan penambahan
excess air. Hasil optimal terjadi
pada 30% excess air dan 10-20%
campuran sekam padi. (Syamstro, 2007)
· Karbon
Monoksida (CO)
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk
senjawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2)
sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang
tidak berbau, tidak berasa dan
pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa
lain, CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk
ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin.
· Kadar
SOx (SO2 dan SO3)
Emisi
SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu
kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi.
Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatik dan alkil. Dalam proses
pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi:
S+O2=SO2
SO2 + 1/2 O2 = SO3
S+O2=SO2
SO2 + 1/2 O2 = SO3
Kandungan
SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. (Sudrajad, hal.2)
·
Kadar NOx
Nitrogen
monoksida terdapat diudara dalam jumlah banyak lebih besar dari pada NO2.
pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen
diudara sehingga membentuk NO yang bereaksi lebih lanjut dengan banyak oksigen
membentuk NO2. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecenderungan reaksi
antara nitrogen dan oksigen membentuk NO. Pada suhu tinggi pada proses
pembakaran, keduanya dapat membentuk NO dalam jumlah yang lebih banyak.
(Depkes, hal.6)
Tabel 2.5 Standar Emisi Gas Buang Menurut Peraturan
Menteri Energi Sumber Daya Mineral No. 047 Tahun 2006.
Parameter
|
Batas
maksimum (mg/Nm3)
|
Total partikel
|
250
|
Karbon Monoksida (CO)
|
726
|
Sulfur Dioksida (SO2)
|
130
|
Nitrogen Oksida (NO2)
|
140
|
Daftar Pustaka:
Sudrajad, Agung. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan, (Online), (http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=111),
diakses 19 November 2008
Kurniawan, O dan Marsono.
2008. Superkarbon. Jakarta: Penebar
Swadaya
Widyawati, Prima. 2006. Pengembangan Abu Bagase dan Blotong Sebagai
Bahan Baku Briket. Malang: Unibra