Dibandingkan dengan wortel dan jeruk.
Tanaman manggis dipercaya berasal dari Sumatera. Konon,
awalnya ia tumbuh di wilayah Jambi. Tanaman tersebut tumbuh di hutan huja
sempurna dan butuh 10 tahun untuk berbuah. Dalam beberapa dekade belakangan
ini, banyak sekali peneliti yang menyorot tanaman tersebut. Bukan untuk
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kayu lapis, melainkan untuk
diketahui khasiat kulit buahnya.
Berbeda dengan buah-buahan lain, manfaat terbesar buah
manggis tak terletak pada daging buahnya, tapi di kulitnya. Di dalam kulit buah
yang disebut pericarp itulah
terdapatnya xanthone, antioksidan
tingkat tinggi. Nilainya mencapai 17.000-20.000 orac per ons kulit, lebih besar
dari wortel dan jeruk yang hanya 300 dan 2.400.
Apa itu antioksidan? Antioksidan merupakan merupakan senyawa
yang dapat menangkal dampak negatif radikal bebas. Radikal bebas merupakan
molekul yang tak stabil karena kehilangan elektron. Untuk stabil, ia akan
mengambil elektron dari sel lain dalam tubuh manusia. Proses pengambilan itu
menyebabkan kerusakan pada sel sehingga memicu munculnya penyakit generatif
seperti kanker, diabetes, jantung koroner, dan lain-lain.
Senyawa aktif yang bernama xanthone itu terbentuk sejak buah berumur satu bulan setelah bunga
mekar. Saat itu kadar xanthone 14,67
mg/g dan meningkat sesuai dengan umur buah. Umur empat bulan kadarnya 15,68
mg/g dan menjadi 34,36 mg/g jika buah disimpan hingga empat minggu setelah
dipetik.
Kini, manggis
berkembang berbagai produk olahannya seperti jus dan food supplement. Pada 2006, di Amerika Serikat produk olahan
manggis masuk ke dalam 22 produk dengan penjualan tertinggi. Di Jepang
dikembangkan produk ekstrak campuran xanthone
untuk kemoterapi kanker payudara. Sebagai antibakteri dan antijamur, xanthone
diteliti oleh Suksamran, sebagai antivirus oleh Chen, Vlientinck, dan
Ignatushchenko. Juga, dikembangkan sebagai anti-inflamasi oleh Nakatani,
sebagai antileukimia oleh Matsumo, sebagai antikanker oleh Jamil serta Ersam,
dan sebagai obat secara umum oleh Martin, Kanchanapoom, Nakasone, dan Paul.
Kasma Iswari dari BPTP Sumatera Barat meneliti cara
mengolahnya. Perguruan tinggi ternama yang terlibat di bidang itu banyak
sekali. Xanthone sebagai
anti-inflamasi diteliti oleh Fakultas Farmasi Universitas Tohoku, Jepang, 2002.
Xanthone juga bisa diteliti sebagai
antiaterosklerosis oleh Jurusan Farmasi Universitas Andalas, Padang, sebagai
pencegah diabetes oleh Fakultas Kedokteran Universitas California, Amerika
Serikat, dan sebagai antikanker oleh Mahindon University, Thailand, 2004. Institut
Internasional Bioteknologi Gifu, Jepang dan The National Research Institute of
Chinese Medicine, Taiwan, pun tak mau ketinggalan.
Sekarang, teknologinya sudah ada di Indonesia. Produk itu
sudah beredar di apotek dan took-toko obat terkemuka di kota Anda, dalam bentuk
kapsul. Namanya Garcia. Sedangkan xanthone
adalah nama zat yang dikandungnya.